Kamis, 25 November 2010

Askep DHF

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas dan telah terjadi perubahan pola pandang bahwa kesahatan adalah suatu hal yang konsumtif menjadi sesuatu yang bersifat global yaitu merupakan hak semua orang dan investasi SDM. Pembangunan berwawasan kesehatan atau lebih dikenal dengan paradigma sehat telah dicanangkan pada tanggal 1 Maret 1999. Paradigama sehat menekankan pembangunan kesehatan pada aspek promotif dan preventif dengan tanpa menyampingkan kepentingan upaya kuratif dan rehabilitative. Pembangunan kesehatan diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, dengan demikian masyarakat menjadi subjek dalam pembangunan.
Dengue Hemoragic Fever atau DHF biasa menjadi penyakit yang paling menakutkan di musim hujan. Bahkan di kalah mewabah penyakit ini menjadi topic utama perbincangan hamper semua orang. Wajar jika semua orng menjadi paranoid dengan gejala demam, padahal sebelumnya demam adalah gangguan kesehatan yang dianggap ringan dan tak perlu dicemaskan.
Hal yang sangat lumrah jika semua khawatir terkena demam berdarah. Penyakit ini dapat menggirang penderitanya dalam kondisi yang parah hanya dalam waktu yang relative singkat, apalagi kini DBD tidak pandang bulu. Dahulu penyakit ini lebih banyak menyerang usia anak-anak dan kalangan menengah ke bawah. Kini orang dewasa hingga Manula dan masyarakat kelas atas pun tidak sedikit yang menderita. Oleh karena itu penyakit ini cukup merata dari segi umur dan strata social.
Departemen Kesehatan menyebutkan secara nasional pada Februari 2005 tercatat 15-316 kasus dengan korban meninggal 267 orang. Hingga saat ini sedikitnya 300 oarang warga Sulawesi Selatan, yang umumnya anak-anak telah terserang penyakit DBD 5 di antaranya meninggal dunia. Keterangan yang diperoleh dari posko penanggulangan DBD Sulsel di Makassar pada Januari 2005 menyebutkan jumlah penderita tersebut tersebar di 7 Kabupaten di antaranyakota Makassar, Kab.Gowa, Barru, Bulukumba, dan Wajo.
Meskipun belum memasuki musim hujan, tingkat penderita penyakit DBD di Makassar melonjak. Data rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo (RSWS) Makassar misalnya, menunjukkan terjadi peningkatan pasien DBD pada Oktober ini dibanding dengan September lalu. Sejak 1 Oktober hingga 9 Oktober terdapat 15 pasien suspect DBD. Jumlahnya bertambah menjadi 29 pasien dalam kurun waktu 10 Oktober hingga 16 Oktober. Sedangkan, berdasarkan data rekam medik di bulan September, RSDW menangani 41 pasien DBD. Sebagian besar pasien DBD di RSDW itu berasal dari puskesmas dalam Kota Makassar. Karena itu, dihimbau agar warga waspada dan mengantisipasi meluasnya DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar (3 M) dan menjaga kondisi tubuh.
Melihat data di atas maka penyakit DBD diperkirakan akan lebih menyebar luas lagi, karena arus transportasi dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dan semakin tarsebar luasnya nyamuk penularan penyakit DBD.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih mengetahui tentang penyakit Dengue haemorhagic fever (DHF), klasifikasi Dengue haemorhagic fever (DHF),penyebabnya, tanda dan gejalanya, patofisiloginya, penatalaksanaannya maupun asuhan yang akan diberikan khususnya pada pasien anak.

C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang dipakai yaitu studi kepustakaan dan internet.













BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. KONSEP DASAR MEDIS
1. PENGERTIAN
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Cristantie, 1995)
Dengue Haemorhagik Fever (DHF) atau demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dengan gejala utama demam dan manifestasi perdarahan pada kulit atau pun bagian tubuh lainnya yang bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut dengan kematian.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.



2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Anatomi
Nyamuk aedes Aegypti yang terinfeksi dengue menggigit manusia. Virus berkembang pada jaringan dekat titik inokulasi atau limphnode (kelenjar getah bening). Virus keluar dari jaringan ini melalui darah untuk menginfeksi sel-sel darah putih. Virus keluar dari sel darah putih dan bersikumulasi di darah. Nyamuk lain menggigit dan tertular. Virus berkembang di perut nyamuk. Visrus berkembang di kelenjar ludah. Sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel yang terinfeksi. Jika sel yang terinfeksi sedikit, demam berlangsung 6-7 hari. Jika sel yang terinfeksi banyak, demam akan lebih parah dan perdarahan lebih banyak.
b. Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah terdiri dari duabagian yaitu: sel darah dan plasma.
1) Sel-sel darah
a. Eritrosit (sel darah merah)
Bentuknya seperti cakram/ binconkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak banyak kira-kira 5juta dalam 1mm3 (4,5 juta), warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya: mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Pengikatan O2 dan CO2 ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan O2 disebut Oksihemoglobin jadi O2 diangkat dari seluruh tubuh. Sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepas dan seterusnya Hb tadi akan mengikat dan bersenyawa dengan CO2 dan disebut Karbondioksida hemoglobin yang mana CO tersebut akan dilepas di paru-paru.
Tempat pembuatannya: sel darah merah di dalam tubuh dibuat dalam sumsum tulang merah, limfa, dan hati yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama 14-15 hari setelah itu akan mati. Hemoglobin yang mengandung Fe yang berguna untuk pembentukan eritrosit baru dan Hb yaitu: suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang berguna untuk mengikat O2 dan CO2. Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mm%.
b. Leukosit (sel darah putih)
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit apabila kita melihat di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (Pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening, banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Fungsi leukosit yaitu :
- Sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya di dalam limfe dan kelenjar limfe.
- Sebagai pengangkut : mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui limfe terus ke pembuluh darah.
Macam-macam leukosit meliputi :
- Agranulosit; sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, agranula terdiri atas 2 macam yaitu limfosit dan monosif.
- Granulosit; sel yang juga disebut leukosit granular, granulosit terdapat 3macam yaitu :neutrofil, eusinofil, dan basofil.
c. Trombosit ( sel pembeku)
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, lonjong, warna putih, normal pada orang dewasa 200.000-500.000/mm3. Fungsi dari trombosit yaitu sebagai pembekuan darah.
2) Plasma darah
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dari suatu organ atau jaringan.

3. ETIOLOGI
Dengue Hemoragic Feiver disebabkan oleh Virus Dengue (arbovirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
1. Virus dengue sejenis arbovirus.
2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke-3 merupakan serotif yang paling banyak.

4. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke tubuh penderita adalah viremia yang menyebabkan penderita menjadi demam, sakit kepala, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (ptechie), hiperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, hepatomegali, splenomegali.
Virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (nyamuk betina) sebagai vektor. Virus masuk ke sel-sel darah (viremia) sehingga bereaksi dengan anti body dan terbentuklah kompleks anti body. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi sestem komplemen (suatu system dalam sirkulasi darah terdiri dari 11 komponen protein dan beredar dalam bentuk yang tidak aktif serta labil terhadap suhu panas) yaitu C3 dan C5. Akibat dari aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a. C3a dan C5a merupakan dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah, nilai hematokrit meningkat. Hilangnya plasma menimbulkan adanya kebocoran plasma (hemokonsentrasi, hipoprotenemia, efusi pleura, hiponatremia) sehingga klien mengalami syok hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
Demam terjadi karena virus dengue yang masuk kedalam tubuh dan tubuh membentuk antibody terhadap penyakit. Setelah terjadi virus-antibodi dalam system sirkulasi akan mengakibatkan pengeluaran zat pirogen dan interleukin 1 dari leukosit. Zat tersebut akan merangsang hypothalamus untuk meningkatkan set point kemudian terjadi peningkatan suhu tubuh (demam).
Reaksi imunologik menimbulkan distress gastrointestinal yaitu berupa merangsang produksi asam lambung yang memberikan efek mual atau muntah. Peningkatan asam lambung sering mengakibatkan selera makan berkurang karena merasa mual dan akan berpengaruh pada intake yang adekuat sehingga nutrisi yang diperlukan tubuh berkurang atau tidak cukup untuk metabolism tubuh. Produksi asam lambung berlebihan juga membuat muntah dan dengan sendirinya tidak suka makan (penurunan intake makanan). Sementara itu, tubuh tetap bermetabolisme yang membutuhkan energi berupa glukosa yang diperoleh dari makanan. Maka ketika glukosa tubuh menurun, ATP yang diperlukan untuk aktifitas juga menurun. Dengan demikian otot/fisik tidak dapat bergerak bebas karena kelemahan.
Perdarahan yang terjadi pada pasien DBD terjadi karena trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor koagulasi (Protrombin dan fibrinogen). Perdarahan hebat dapat terjadi terutama pada traktus gastrointestinal.

5. MANIFESTASI KLINIK
1) Demam tinggi yang timbul secara mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kaepala dan perut. Gejala menyerupai influenza biasa. Ini berlangsung selama 2-7 hari
2) Hari ke 2 dan 3, timbul demam, Uji tourniquet positip karena terjadi perdarahan dibawah kulit (peteki, ekimosis) dan di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis akibat perdarahan dalam lambung, melena dan juga hematuria massif.
3) Antara hari ke 3 dan ke 7 syok terjadi saat demam menurun. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari tangan dan kaki, nadi cepat dan lemah sampai tak teraba, tekanan nadi menyempit ( < 20 mm Hg ) atau hipotensi ( < 80 mmHg ) sampai tak terukur, anak sangat gelisah 4) Hepatomegali pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari yang hanya sekdar diraba sampai 2-4 cm dibawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri tekan pada hepar tampak jelas pada anak besar, ini menandakan telah terjadi perdarahan. 5) Laboratorium :  Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mm2, penurunan progresif pada pemeriksaan periodic dan waktu perdarahan memanjang  Hemokonsentrasi : Hematokrit sat masuk rumah sakit  20 % atau meningkat progresif pada pemeriksan periodik 6. KLASIFIKASI ATAU DERAJAT 1) Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji torniquet (+), Trombositopenia, dan hemokonsentrasi. 2) Derajat II Derajat satu ditambah perdarahan spontan pada kulit dan /atau di tempat lain. 3) Derajat III Renjatan ( kegagalan sirkulasi ) yang ditandai dengan nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun, ( < 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan gelisah. 4) Derajat IV Renjatan dalam dengan nadi tak teraba dan terisi tak teratur. 7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1) Darah hasil yang didapat dari pemeriksaan darah antara lain adalah:  Trombosit menurun Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang).  HB meningkat lebih 20 % hemokonsentrasi yang dapat dilihat  HT meningkat lebih 20 % meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalesen.  Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3  Protein darah rendah  SGOT dan SGPT mungkin meningkat: Ureum PH bisa meningkat  NA dan CL rendah 2) Serology : HI (hemaglutination inhibition test). 1. Rontgen thorax : Efusi pleura. 2. Uji test tourniket (+) 8. PENATALAKSANAAN a. Tirah baring b. Pemberian makanan lunak . c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) Minuman dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. d. Pemberian cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. e. Pemberian obat-obatan : (antibiotic, antipiretik). Antibiotic, pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder antipiretik. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen Anti konvulsi jika terjadi kejang f. Anti konvulsi jika terjadi kejang g. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR). h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan i. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut j. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20–30 ml/kg BB. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :  Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.  Hematokrit yang cenderung mengikat. 9. KOMPLIKASI Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya : a. Perdarahan luas. b. Shock atau renjatan. c. Effuse pleura. d. Penurunan kesadaran. 10. PENCEGAHAN Pencegahan penyebaran penyakit DHF yang tepat akan membantu mengurangi jumlah penderita dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut : 1) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF. 2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan. 3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. 4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi. Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain : a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air. b. Tanpa insektisida. Caranya adalah : i. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari). ii. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. iii. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang. B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Pola nutrisi dan metabolik Penurunan nafsu makan, kesulitan menelan, mual dan muntah, dyspepsia, anoreksia, membran mukosa bibir kering, penurunan BB, pucat, turgor kulit kering, nyri ulu hati, perdarahan pada gusi. b. Pola aktivitas dan latihan Kelemahan, keletihan, malaise umum, penurunan semangat untuk bermain, sakit kepala, pegal seluruh tubuh, demam, lesu, kurang tertarik pada keadaan sekitar, kelemahan otot, penurunan kekuatan, keletihan, nyeri otot atau persendian, epitaksis, ekimosis dan keringat dingin. c. Sirkulasi Tekanan darah menurun, nadi cepat, wajah tampak merah, demam, epistaksis, dan hematemesis. d. Pernafasan Nafas cepat karena demam. e. Rasa nyaman/ nyeri Sakit pada ulu hati, nyeri tekan pada ulu hati. f. Integritas kulit Ruam di kulit terutama pada lengan dan kaki, selaput mukosa kering, kulit terasa panas, dan hyperemia tenggorokan. Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan DHF: 1) Ig G dengue positif. 2) Trombositopenia. 3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.
6) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
8) Waktu perdarahan memanjang.
9) Asidosis metabolik.
10) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko terjadinya shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.
b. Hypertermi berhubungan dengan proses penyakit
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

3. INTERVENSI
1) Resiko terjadinya shock hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan
Tujuan : - keadaan umum baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak terjadi shock hipovolemik
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda shock seperti lemah, pucat, dan tacikardi
R/ dengan memonitor tanda-tanda shock dapat diketahui sedini mungkin terjadinya shock.
2) Monitor TTV (nadi dan tekanan darah)
R/ terjadinya perubahan TTV (nadi dan tekanan darah) akan menunjukkan tanda-tanda shock.
3) Monitor jumlah trombosit setiap hari.
R/ dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah.
4) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
R/ aktivitas yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan.
5) Jelaskan kapada keluarga tentang tanda-tanda perdarahan yang mungkin dialami pasien.
R/ dengan memberikan penjelasan dan melibatkan keluarga diharapkan tanda-tanda perdarahan dapat diketahui dengan cepat.
6) Anjurkan kepada keluarga untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan.
R/ keterlibatan keluarga dapat melaporkan jika terjadi perdarahan terhadap klien sangat membantu tim perawat untuk melaksanakan tindakan yang tepat.
7) Laksanakan instruksi dokter tentang pemberian cairan infuse/ anti biotik.
R/ dengan melaksakan instruksi dokter dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk pengobatan.

2) Hypertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : - suhu tubuh normal 36,5-370C
- Pasien bebas dari demam
Intervensi :
1. Kaji saat timbulnya demam.
R/ untuk mengidentifikasi pola demam klien
2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.
R/ TTV merupakan ancaman untuk mengetahui keadaan umum klien.
3. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
R/ penjelasan tentang yang dialami klien dapat membantu klien dan keluarga, mengurangi kecemasan yang timbul.
4. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan anjurkan keluarga untuk kooperatif.
R/ keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di Rumah Sakit.
5. Jelaskan pentingnya tidur bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
R/ penjelasan yang diberikan pada klien atau keluarga akan memotivasi klien untuk kooperatif.
6. Anjurkan keluarga member pasien untuk banyak minum ± 2,5 liter/ jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.
R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
7. Beri kompres hangat kepada pasien
R/ kompres hangat menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi perpindahan panas secara evaporasi
8. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakain yang tebal
R/ pakaian yang tipis akan mengurangi penguapan
9. Beri terapi intra vena dan obat-obatan
R/ pemberian cairan sangat penting bagi klien suhu tinggi, obat penurun panas sangat penting untuk membantu menurunkan demam

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Tujuannya: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan.
Intervensi:
1. Kaji pola makan klien
R/ untuk mengetahui berapakali pasien makan dalam sehari dan apakah porsi yang disediakan habis.
2. Anjurkan keluarga menyajikan makanan yang hangat
R/ makanan yang hangat dapat menambah nafsu makan
3. Anjurkan kepada keluarga memberi pasien makan sedikit-sedikit tapi sering
R/ dengan memberikan diet lunak TKTP dalam porsi kecil namun sering dilakukan dapat mengurangi muall dan muntah
4. Beri penjelasan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan
R/ makanan sangat penting untuk kebutuhan nutria guna memperbaiki jaringan tubuh yang rusak juga penting dalam pertumbuhan dan pertahanan tubuh
5. Timbang berat badan tiap dua hari
R/ mengetahui perkembangan nutrisi pasien
6. Kolaborasi untuk pemberian vitamin penambah nafsu makan (Bcom C, vitaplex)
R/ pemberian vitamin dapat meningkatkan nafsu makan dan pemenuhan nutrisi pasien

4) Keterbatasan aktivitas sehari-hari b/d kondisi tubuh yang lemah
Tujuan :
- kebutuhan pasien sehari-hari terpenuhi
- pasien mampu mandiri
Intervensi
1. Kaji kemampuan aktivitas pasien
R/ mengetahui kemampuan aktivitas pasien dan memudahkan memberi pertolongan bila pasien membutuhkan.
2. Kaji hal-hal yang tidak mampu dilakukan pasien berhubungan dengan kelemahan fisiknya
R/ untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya
3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien seperti: mandi, makan dan eliminasi
R/pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada kondisi yang lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien mengalami ketergantungan pada perawat.
4. Bantu pasien mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya
R/ dengan melatih kemandirian pasien, maka pasien tidak mengalami ketergantungan pada perawat.
5. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien
R/ akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain
6. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/ agar keluarga dapat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya










BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengue Hemorragic Fever (DHF) disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa oleh arthopoda. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien akan sangat membantu proses penyembuhan dan mengurangi derajat kecemasan pada keluarga. Dengan melakukan pengkajian, maka akan diperoleh data yang akan menunjang masalah pasien. Perumusan diagnosis yang tepat akan membantu dalam merumuskan perencanaan keperawatan. Dalam menentukan dan menyusun intervensi keperawatan, harus didasarkan pada kebutuhan pasien yang sangat mendesak. Implementasi keperawatan harus sesuai dengan rencana intervensi yang telah ditetapkan. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.

B. SARAN
Fokus utama pada masalah demam berdarah adalah pencegahan. Pembenahan kebersihan lingkungan sekitar kita akan membantu proses pencegahan terjadinya Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue. Dengan lingkungan bersih, maka akan tercipta hidup sehat tanpa adanya penyakit baik DBD maupun penyakit lainnya.










DAFTAR PUSTAKA


Ngastyah (2005). Perawatan Anak Sakit. Editor : Monica Ester. Edisi : 2, Jakarta. EGC.

Hassan Rusepno dan Tjokronegoro Arjatmo (1982). Pengobatan Intensif pada Anak. Jakarta. FKUI.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Editor : Rosepno Hasan dan Husein Alatas. Edisi : 2,Jakarta. FKUI.

WWW. Google. Com. Demam Berdarah (2010). Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar