Selasa, 08 Februari 2011

Askep DHF ( KD 2)

BAB I
PENDAHULUAN
1.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
a. Mendapat gambaran dalam melakukan pengkajian keperawatan dengan gangguan system hematologi Dengue Hemorragik Fever (DHF).
b. Mendapat gambaran dalam membuat analisa data dengan gangguan sistem hematologi Dengue Hemorragik Fever (DHF).
2.Manfaat Penulisan
Dalam penulisaan karya tulis ilmiah diharapkan agar dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Merupakan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bagi perawatan yang ada di rumah sakit dalam upaya untuk meningkatkan suatu pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan gangguan sistem hematologi Dengue Hemorragik Fever (DHF).
2. Institusi / Pendidikan
Merupakan masukan sebagai salah satu sumber informasi / bacaan serta acuan dibagian akademik tentang pengetahuan asuhan keperawatan pada pasien dengan Dengue Hemorragik Fever ( DHF ).
3. Masyarakat
Menambah pengetahuan bagi masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi sehubungan dengan penyakit yang dialami.
4. Mahasiswa yang terkait
Dapat membantu para mahasiswa untuk lebih memahami pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem hematologi.








BAB II
TINJAUN TEORITIS

A.Konsep Dasar Medik
1.Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Dengue Haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang banyak menyerang anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya membusuk setelah dua hari pertama.
2.Etiologi
Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue ( DBD) disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes.
Nyamuk Aedes terdiri dari 5 jenis yaitu : Aedes Aegypti, Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis, Aedes Seutellaris, dan Aedes Pseudoscutellaris.
Di Indonesia yang paling banyak sebagai vektor virus dengue adalah Aedes Aegypti, Aedes Albopictus.
a.Aedes Aegypti
merupakan spesies nyamuk suka beristirahat di tempat yang gelap lembab dan tersembunyi di dalam rumah, kamar mandi dan lain-lain, nyamuk ini mempunyai kebiasaan mencari makan ( mengisap manusia untuk dihisap darahnya) sepanjanh hari terutama antara jam 08.00 – 13.00 dan antara jam 15.00 – 17.00, jarak terbang spontan nyamuk betina jenis ini terbatas sekitar 30 – 50 meter per hari. Jarak terbang jauh biasanya terjadi pasif melalui semua jenis kendaraan termasuk kereta api, kapal laut dan pesawat udara dan cara pasi inilah DHF menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia bahkan menyebar dari suatu negara ke negara lain. Telur Aedes Aegypti mampu bertahan hidup dalam keadaan kering selama beberapa bulan.
b.Aedes Albopictus
Merupakan nyamuk kebun yang memperoleh makanan dengan cara mengigit dan menghisap darah dari berbagai jenis binatang, berkembangbiakan di dalam lubang – lubang pohon, lekukan tanaman, potongan batang bambu dan buah kelapa yang terbuka. Larva atau bentuk imatur nyamuk jenis ini mempunyai habitat hidup dalam genagan air dalam kaleng, tempat penampungan lain termasuk timbunan sampah di udara terbuka. Habitat larva yang semacam itu menyebabkan spesies ini banyak di jumpai di daerah pedesaan, pinggiran kota dan taman – taman kota. Daya terbang nyamuk dewasa betina jenis ini berkisar antara 400 – 600 meter, namun di sisi lain kebiasaan nyamuk jenis ini di dalam mencari makanan memungkinkan spesias ini mentransmisikan Virus Dengue dari kera ke manusia dan sebaliknya. Telur Aedes Albopictus resisten terhadap penagawetan melalui proses pengeringan dalam waktu beberapa bulan.
Di Indonesia, virus dengue tersebut sampai saat ini telah diisolasikan menjadi 4 serotipe virus debgue yang termasuk dalam grup β dari arthropediborne viruses ( arboviruses) yaitu DEN – 1, DEN -2, DEN -3 dan DEN -4. Dan ternyata DEN – 2 dan DEN -3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab tebanyak. Di Thailand, dilaporkan bahwa serotipe DEN -2 adalah dominan, sementara di Indonesia terutama dominan adalah DEN -3, terapi akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN -2. Masa inkubasi penyakit DHF ini berlangsung 2 – 15 hari.
4. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyti / Albopictus, akan mengakibatkan terjadinya viremia melalui refleksi virus, adapun hal lain yang dapat terjadi di mana seorang mengalami infeksi virus dengue berulang. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anomnestik antibody ( kompleks virus antibody) yang tinggi yang akan mengaktivasi sistem komplemen, yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, dari pelepasan ini maka terjadi pelepasan toksik melalui aliran darah sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah, pelepasan toksik ini pula menimbulakan peningkatan set- point termostat hipotalamus yang merangsang zat pirogen untuk dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh sehingga timbul demam.
Terjadinya dilatasi pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler dinding pembuluh darah, yang selanjutnya dapat menimbulkan dua hal yaitu volume plasma menurun dan Ht meningkat dan terjadi kebocoran plasma ke ruang interstitial, akibat menurunnya volume plasma dan peningkatan Ht maka terjadilah trombositopemia. Trombositopemia terjadi akibat penurunan produksi trombosit oleh sum tulang ( menigkatnya megakarosit dan sum-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit ), peningkatan pemakaian destruksi trombosit di perifer dan agresi trombosit akibat endotel yang rusak. Akibat dari semuanya itu terjadilah penurunan pembekuan darah sehingga terjadi perdarahan pada bagian CIS dan CES dan mengakibatkan transport asam basah menurun. Terjadinya kebocoran plasma ke ruang interstitial ternyata menimbulkan terjadinya penurunan tekanan pengisian sirkulasi darah yang mengakibatkan penurunan balik vena dan curah jantung menurun sehingga terjadilah syok hivolemik dan apabila terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kematian. Selain penurunan tekanan pengisian sirkulasi darah, hal ini dapat pula terjadi, di mana terjadinya perembesan plasma pada daerah GI.
Pada daerah GI dapat terjadi hepatomegali dikarenakan adanya peningkatan cairan plasma dalam hepar melalui sistem vena porta, dan dapat pula terjadi penurunan produksi ATP karena terjadinya peningkatan asam lambung yang mengakibatkan sekresi lambung bersifat sangat asam, sehingga terjadi rangsangan mual- muntah yang menimbulkan suplai nutrisi menurun dan proses metabolisme menurun. Hal ini dapat pula terjadi pada daerah lambung asidosis metabolik karena hilangnya bikarbonat melalui adanya muntah yang sangat berlebihan dan terjadinya secara terus menerus.
5. Manifestasi Klinik
Seperti pada infeksi virus lain, infeksi virus dengue juga merupakan suatu “self limiting infecticus diseases” yang berakhir sekitar 2 – 7 hari.
a. Demam yang berlangsung 2 – 7 hari.
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, peteqie, ekhimosis, hematoma.
c. Mual, muntah, penurunan nafsu makan, diare, konstipasi.
d. Nyeri otot, sendi, abdomen, uluh hati.
e. Sakit kepala
f. Pembengkakan sekitar mata
g. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening.
h. Tanda – tanda rejatan ( sianosis, kulit lembab,tekanan darah menurun, gelisah, capillary refilly lebih dari 2 detik, nadi cepat dan lemah).
Sedangkan kriteria klinis DHF menurut WHO tahun 1997 adalah :
a. Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak – tidaknya uji bendung positif dan bentuk lain ( peteqie, purpura, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi), hematemesis atau melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah menurun ( tekanan sistole menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbulnya sianosis di sekitar mulut.
Gambaran klinis dari DHF ini sangat bervariasi, mulai dari ringan (DF) sampai berat ( DHF).Tetapi untuk memudahkan batasannya dapat dibagi dalam 4 tingkatan derajat keganasan / beratnya penyakit.
a) Derajat I
Ditandai dengan :
- Demam
- Mual muntah
- Anoreksia
- Sakit kepala terus menerus
- Nyeri bagian epigastrium
- Nyeri di perputaran bola mata
- RL / torniqet tes positif, tes ini adalah untuk mengetahui apakah sudah terjadi kebocoran.
b) Derajat II
Tanda- tanda seperti derajat I ditambah dengan perdarahan spontan kulit (peteqie, echimosis, dan purpura ) dan perdarahan lain seperti epiktasis, hematemesis dan melema.

c) Derajat III
Pasien dalam pre-syok sitandai dengan adanya kegagalan sirkulasi darah, hipotensi, pucat, kulit dingin, gelisah dan denyut nadi lambat.
d) Derajat IV
Disebut juga DSS ( Dengue Shock Syndrom ). Pada tingkatan ini pasien sudah dalam keadaan syok, tekanan darah tidak terdengar dan nadi tiak teraba.
6. Tes Diagnostik
Walupun tanda dan gejala telah muncul dan penderita DHF, tetapi masih perlu dilakukan pemeriksaan penunjang guna memperoleh diagnosa yang akurat yaitu :
a. Uji torniquet
Dikatakan positif bila ada butir – butir merah ( peteqie) lebih kurang 20 pada diameter 2,5 inci.
b. Hasil laboratorium terdiri dari :
1. Hematokrit ( Ht) meningkat lebih dari 20 %
Normalnya : laki- laki : 40 – 54 %
Perempuan : 36 – 46 %
2. Trombosit (PLT) menurun ≤ 100.000 / mm3
Normalnya : laki-laki : 200.000 – 500.000 / mm3
3. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
Normalnya : 4500 – 10.000 / UI
4. Hemoglobin ( Hb ) menurun jika terjadi pendarahan yang hebat
Normalnya : Laki- laki : 13,5 – 18 g /dL
Perempuan : 12- 16 g / dL
c. Pemeriksaan CT Scan :
1) Hepar ; Menunjukan adanya pembesaran lobus hepar (Hepatomegali).
2) Limfa ; Menunjukan adanya pembesaran limfa (Splenomegali).

7. Penatalaksanaan Medik
Untuk penderita yang tersangka DF/DHF sebaiknya di rawat dikamar yang bebas nyamuk (Berkelambu) untuk mencegah penyebarannya.Perawatan diberikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.
a.Derajat 1
Terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan elektrolit karena adanya muntah,anorexia.
Gangguan rasa nyaman karena demam,nyeri epigastrium dan perputaran bola mata.
Perawatan:
- Istirahat baring
- Makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan di anjurkan minum air yang banyak 1.5-2 liter/hari (susu,teh manis,syrup dan sebagainya).
- Diberi kompres dingin
- Memantau keadaan umum,suhu,tensi,nadi,dan pendarahan.
- Di periksa Hb,Ht dan trombosit.
- Di berikan obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder.

b. Derajat 2
Peningkatan kerja jantung karena adanya epitaksis,meleena dan hematemesis.
Perawatan:
- Bila terjadi epitaksis,darah dibersihkan dan pasang tampon sementara.
- Bila penderita sadar,boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus di puaskan dulu,mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi.
- Bila perut kembung atau besar di pasang maag slang.
- Sedapat mungkin membatasi terjadi perdarahan,jangan sering ditusuk.
- Pengobatan diberikan sesuai dengan instruksi dokter,perhatikan teknik-teknik pemasangan infus,jangan menambah perdarahan.
- Tetap observasi keadaan umum,suhu,nadi,tensi dan perdarahannya.
- Semua kejadian dicatat dalam catatan perawat.
- Bila keadaan memburuk segara lapor kedokter.
c.Derajat III-IV
Terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun, penderita preshock / shock.
Perawatan :
- Mengatur posisi tidur penderita, tidurkan posisi terlentang dengan posisi kepala ekstensi.
- Membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat di longgarkan bila ada lendir di bersihkan dari hidung dan mulut.
- Di pasang oksigen
- Di awasi terus-menerus dan jangan ditinggalkan pergi
- Kalau perdarahan banyak ( Hb turun) mungkin di beriakn transfusi atas izin dokter.
- Semua kejadian di catat dalam catatan perawat dan kalau perlu dilaporkan pada dokter.
- Bila penderita tidak sadar diatur tidur selang – seling, perhatikan kebersihan kulit, juga pakaian tetap bersih.
8.Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat disebabkan oleh jenis penyakit Dengue Haemorrahagic Fever ( DHF) atau demam berdarah dengue ( DBD) yaitu :
a. Anoxia jaringan
Anoxia jaringan dapat terjadi karena adanya peningkatan permiabilitas kapiler pembuluh darah, maka volume plasma menurun, Ht meningkat sehingga terjadi terombositopemia yang mengakibatkan perdarahan, dan saat terjadi perdarahan secara langsunh Hb menurun sehingga darah tidak mampu mengikat O2 sehingga anoxia jaringan.
b. Hepatomegali
Hepatomegali dapat disebabkan karena terjadinya kebocoran plasma ke rongga GI yang mengakibatkan plasma merembes ke hepar melalui sistem vena vorta sehingga terjadi peningkatan cairan plasma dalam hepar.
c. Efusi pleura
Efusi pleura dapat terjadi disebabkan karena adanya bendungan cairan plasma di rongga pleura saat terjadinya kebocoran cairan plasma ke ruang interstitial yang merembes ke rongga pleura dan dapat juga terjadi disebabkan karena pemberian terapi cairan yang berlebihan.
d. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi karena hilangnya bikarbonat saat terjadinya muntah yang berlebihan terus menerus.
e. Syok hivolemik
Karena terjadinya kebocoran plasma keruang intravaskuler mengakibatkan penurunan tekanan, pengisian sirkulasi darah penurunan aliran balik vena dan curah jantung menurun, maka terjadi syok hivolemik.

B.Konsep Dasar Keperawatan
1.Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
DS : lingkungan tempat tinggal kurang baik, tidur tidak memakai kelambu, dan pemeliharaan kebersihan diri kurang baik.
DO: -
b. pola nutrisi metabolik :
DS :Penurunan nafsu makan, kesulitan menelan, mual dan muntah, dyspepsia, anorexia.
DO: membran mukosa bibir kering, penurunan BB, pucat, turgor kulit kering, nyeri uluh hati, perdarahan pada gusi.
c.Pola eliminasi
DS : -
DO : distensi abdomen, hiperperistaltik usus, perubahan uerine dan feses.
d.Pola aktivitas dan latihan
DS : kelelahan, keletihan, malaise umum, penurunan semangat untuk bekerja, sakit kepala, pegal seluruh tubuh dan demam.
DO: Lesu, kurang tertarik pada keadaan sekitarnya, kelemahan otot, penurunan kekuatan, keletihan, nyeri otot / persendian / punggung, epitaksis, ekimosis, dan keringat dingin.
e.pola persepsi dan konsep diri:
DS : Mudah marah , khawatir kehilangan waktu kerja / sekolah, frustasi dengan penyakit.
DO: ansietas, gelisah, mudah marah, focus pada diri sendiri, tergantung pada hubungan dengan siapa yang dapat memberi rasa aman dan perlindungan. f.Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap steress :
DS : Nyeri abdomen , sakit kepala, nyeri tulang / sendi, gelisah.
DO :perilaku sehari- hari, gelisah, focus pada diri sendiri.

2.Diagnosa Keperawatan
Adanya diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari penyakit Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF) atau demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu :
1. Hypertermi b /d proses infeksi virus dengue
2. Kekurangan volume cairan b/ d adanya perpindahan cairan intravaskuler dan ekstravaskuler.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/ d perdarahan.
4. Resiko terjadinya perdarahan b/d trombositopenia
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/ d mual, muntah, anoreksia, intake yang tidak adekuat.
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.
7. Defisit pengetahuan b/ d kurangnya informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Hypertermi b/ d proses infeksi virus dengue
Hasil yang diharapkan :
- Suhu tubuh kembali normal ( 360 C – 37,5 0 C)
- Pasien bebas dari demam
Intervensi :
1. Kaji tingkat hypertermi ( suhu)
R / Untuk mengidentifiikasi seberapa besar derajat demam pasien.
2. Observasi TTV = suhu, tekanan darah, pernapasan, nadi.
R/ : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3. Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
R/ : penjelasan mengenai penyebab demam dapat membantu pasien, keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.
4. Berikan penjelasan kepada pasien / keluarga tentang hal- hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan kepada pasien / keluarga untuk bersikap kooperatif.
R / : keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien.
5. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
R / : penjelasan yang diberikan pada pasien / keluarga akan memotivasi pasien kooperatif.
6. Anjurkan kepada pasien untuk banyak minum, paling tidak 2-3 liter tiap jam dan jelaskan mamfaatnya.
R / : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh sehingga diimbangi dengan asupan cairan yang cukup.
7. Berikan kompres hangat bila perlu.
R / :Kompres hangat menyebabkan vasoldilatasi sehingga terjadi perpindahan panas secara evaforasi.
8. Anjurkan pasien untuk tidak memakai pakaian yang tebal.
R/ Pakaian yang tebal menyebabkan kurang penguapan.
9. Catat intake dan output pasien.
R/ Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
10) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV obat antibiotic dan obat antipiretik sesuai dengan program dokter.
R/ Cairan intravena dapat menyeimbangkan pengeluaran yang adekuat. Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas terutama bagian hipotalamus posterior sebagai penyimpan panas, sedangkan obat antibiotik berfungsi untuk mengatasi infeksi yang terjadi dalam tubuh.
b. Kekurangan volume cairan b/d adanya perpindahan cairan intraskuler ke ekstrakuler.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan keseimbangan masukkan dan pengeluaran yang dibuktikan oleh haluaran urine individu tepat dengan berat jenis mendekati normal, tanda- tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi ;
1. ) Kaji tingkat dehidrasi ( keadaan umum ,muka ,mulut , turgor kulit ).
R/ Untuk mengetahui tingkat dehidrasi yang dialami pasien ( ringan ,sedang , berat ).
2. ) Observasi dan catat keadaan umum pasien dan tanda – tanda vital.
R/ Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui tindakan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. ) Monitor tanda – tanda dehidrasi,syok
R/ Agar dapat segera dilakukkan tindakan untuk menagani yang dialami pasien.
4. ) Monitor dan catat masukan dan pengeluaran cairan.
R/ Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan sebagai indikasi untuk intervensi selanjutnya.
5. ) Kaji perubahan pengeluaran urine ( urine output 2 ml/jam 600 ml/hari ).
R/ Untuk mengetahui keseimbagan cairan.
6. ) Beri minum sedikit – sedikit tetapi sering sesuai dengan kebutuhan pasien.
R/ Dengan minum sedikit – sedikit tapi sering sesuai dengan kebutuhan pasien.
7. Anjurkan pasien untuk banyak minum
8. R/ ) Kolaborasi dengan dokter dalam penberian cairan intravena.
R/ Pemberian cairan intravena sangat efektif untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan atau mengganti cairan yang hilang.

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d perdarahan.

Hasil yang diharapkan :
Perfusi jaringan perifer kembali adekuat dengan kriteria : kualitas dan frekwensi denyut nadi tidak melemah , tekanan darah normal ( 120/80 mmHg ).
Intervensi :
1. Kaji dan catat tanda – tanda vital ( kualitas dan frekwensi denyut nadi,tekanan darah ).
R/ Dengan mengetahui TTV, dapat menjadi acuan untuk mengetahui fungsi organ vital tubuh.
2. Kaji dan catat sirkulasi pada ekstermitas ( suhu, kelembaban dan warna )
R/ Dengan mengetahui berapa suhu, tingkat kelembaban dan warnnya dapat diketahui apakah ada perubahan perfusi jaringan yang tampak pada ekstermitas.
3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstermitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
R/ Kematian jaringan merupakan dampak dari perubahan perfusi jaringan yang tidak adekuat.
4.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia,mual/muntah, intake yang tidak adekuat.
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan nutrisi kembali terpenuhi, menunjukkan peningkatan BB/BB stabil.
Intervensi :
1. Kaji keluhan mual/muntah, yang dialami pasien.
R/ Dapat mengidentifikasi intervensi yang diperlukan oleh pasien.
2. Anjurkan kepada pasien untuk makan sedikit – sedikit tapi sering.
R/ Dengan porsi yang kecil dapat mengurangi mual dan muntah.
3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan hidangan yang masih hangat.
R/ Membantu mengurangi mual dan muntah.
4. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat sakit.
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga memotivasi untuk makan meningkat.
5. Catat jumlah / porsi makan yang pasien habiskan saat sakit.
R/ Untuk mengetahui intake yang masuk kedalam tubuh pasien.
6. Timbang BB tiap 2- 3 hari.
R/ Dengan menimbang BB tiap hari dpat diketahui apakah ada perubahan dalam pemenuhan nutrisi pasien.
7. Beri therapy antiemetik sesui program dokter.
R/ Antimetik berfungsi untuk mengurangu rasa mual dan muntah sehingga diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
8. Berikan nutrisi parenteral sesui ketentuan dokter/ ahli gizi.
R/ Nutrisi parenteral dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

e. Resiko terjadinya perdarahan b/d trombositopenia.
Hasil yang diharapkan :
Mencegah terjadinya perdarahan , peningkatan trombosit.
Intervensi :
1) Monitor tanda penurunan jumlah trombosit, Hb, Ht, yang disertai tanda – tanda klinis.
R/ Penurunan trombosit ,Hb, Ht, merupakan tanda – tanda kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda – tanda klinis berupa pendarahan nyata ( epitaksis, petechie, melena ).
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
R/ Dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari, diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami oleh pasien.
3) Berikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien.
R/ Agar pasien dapat mengetahui hal – hal yang mungkin terjadi pada pasein dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopenia.
4) Berikan pejelasan kepada pasien /keluarga untuk segera malaporkan adanya tanda – tanda perdarahan lebih lanjut seperti epitaksis, melena dan lain -lain.
R/ Keterlibatan pasien/keluarga sangat membantu pasien untuk mendapatkan penanggulangan sedini mungkin.
5) Anjurkan pasien untuk banyak beristirahat.
R/ Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam memberi obat dan transfusi apabila terjadi perdarahan.
R/ Pemberian obat anti koagulasi menbatu dalam proses pembekuan darah dan transfusi untuk mengatasi perdarahan hebat yang terjadi.

f. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik.
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan aktifitas sehari – hari terpenuhi, mampu mandiri.
Intervensi :
1) Kaji keluhan pasien
R/ Untuk mengetahui masalah – masalah yang dialami oleh pasien.
2) Kaji hal – hal yng tidak mampu dilakukan oleh pasien sehubungan dengan kelemahan fisik.
R/ Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan aktifitasnya sehari – hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien, seperi mandi, makan, dan eliminasi.
R/ Agar pemenuhan kebutuhan pasien tercapai tanpa membuat pasien mengalami ketergantungan pada perawat.
4) Bantu pasien mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya.
R/ Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien tidak mengalami ketergantungan pada perawat.
5) Beri penjelasan tentang hal – hal yang dapat membantu dan meningkatkan kebutuhan fisik pasien.
R/ Pasien akan mampu termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya, seperi pasien dapat mengambil posisi makannya.
6) Letakkan barang – barang di tempat yang mudah yang di jangkau oleh pasien.
R/ Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain.

g . Defisit pengetahuan b/d kurangnya sumber informasi
Hasil yang diharapkan :
Menyatakan pemahaman proses penyakit, rencana pengobatan, melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup.
Intervensi :
1) Beri informasi tentang penyakit pasien
R/ Memberi dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat dan dapat meningkatkan kerja sama dalam program perawatan.
2) Berikan kesempatan pada pasien/keluarga untuk menanyakan hal- hal yang diketahui berhubungan dengan penyakitnya.
R/ Dapat menurunkan ansietas dan dapat meningkatakn kerjasama dalam proses perawatan dan pengobatan.
3) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatny bagi pasien dan keluarga.
R/ Agar pasien mengerti dan dapat bersikap kolaboratif dalam proses parawatan.
4) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, dan obat – obatan pada pasien/keluarga dengan bahasa dan kata – kata yang mudah di mengerti.
R/ Dengan bahasa dan kata – kata yang sederhana , mudah dimengeri pengetahuannya.
5) Kaji pengetahuan pasien tentang faktor – faktor pencetus penyakit.
R/ Dapat mengetahui sejauh mana pemahaman pasien tentang penyakit yang dialami pasien.
6) Gunakan leaflet atau gambar – gambar dalam memberian penjelasan.
R/ Gambar – gambar atau media cetak seperti leaflet dapat membantu meningkatkan penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.











BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
1. Dengue Hemorragik Fever ( DHF ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk aegypti yang banyak menyerang anak dan dewasa dengan gejala : demam, nyeri otot, dan adanya peteqie.
2. Setelah melakukan pengkajian penulis menemukan masalah keperawatan yang biasa muncul pada pasien DHF yaitu :
a. Hypertermi b/d proses infeksi virus.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia, mual, muntah.
c. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d perpindahan cairan dari intra vaskuler ke ekstravaskuler.
d. Resiko terjadinya perdarahan b/d trombositopenia.
e. Keterbatasan merawat diri b/d kelemahan fisik.
f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit b/d kurangnya sumber informasi.
2.SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan beberapa saran untuk pertimbangan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang ditujukan kepada :
1. Institusi / Rumah Sakitj
a. Mengoptimalkan informasi tentang cara untuk menjaga kesehatan pasien dan untuk mengatasi penyebab demam berdarah dengan memberikan pertolongan pertama di rumah yaitu pemberian minum yang banyak, kompres hangat bila demam tinggi dan segera membawa kepuskesmas / rumah sakit terdekat.
b. Memberikan informasi tentang tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu : mempertahankan lingkungan yang bersih dan sehat dengan pedoman 3 M.

5 komentar: